Kamis, 21 April 2011

ironis...

kepentingan bisnis mngalahkan semngat u memperbaiki moral bangsa>sy tdk minat u watch trailernya,paling setangg2lg,pocon2,hangtu2,tdk tanggung2 u membayar bintang"*dari luar sebagai icon filem ini(kejar rating),makanya jgn heran hal2 dekstruktif sgtmudah tsebar,mngubah masy mnjadi mental pnakut, dan herannyalg kt malah MENYAMBUTNYA,maka jgn hx slhkan PHnya, KITAnya juga..krn kejahatn n kebaikn tergelar d hdapn,kt milih sj..berikut kutipan status facebook saya> 22 April 2011
"Belum dirilis saja, sudah ada empat negara yang sudah mau membeli film Suster Keramas 2 ini. Ada Hongkong, Jepang, Malaysia dan Korea," ungkap Produser Maxima Pictures, Ody Mulya Hidayat, saat berbincang dengan okezone, Selasa (29/3/2011).
"Kita sudah lihat naskahnya dan Sora kita nilai cocok untuk berperan di film ini. Film Suster Keramas kemarin lumayan laku di Indonesia. Suster Keramas dulu juga kita jual di luar negeri dan lumayan laku. Apalagi, nanti kalau kita ajak Sora Aoi," beber Ody.
Ody optimistis film Suster Keramas 2 akan menyedot penonton lebih banyak karena Sora merupakan artis Jepang yang lebih berkualitas daripada Miyabi dan Rin Sakuragi. Bahkan, Ody rela merogoh kocek dalam-dalam demi membayar honor Sora yang lebih tinggi ketimbang Miyabi dan Rin Sakuragi.

satu kawan komen: krn media audio visual paling efektif untuk merubah pikiran seseorang (belajar dari ahli pakar dan jurnalis media audio visual, abi-nya azzam tahu siapa itu)_Mas Wiro
Hari ini saya membuka halaman depan Yahoo, dan disitu terpampang dengan ukuran besar,bintang panas 
Supply and Demand dalam kebaikan
Isa Alamsyah

Saat itu kami sedang ngantri di Bioskop untuk nonton film "Rumah Tanpa Jendela"
di salah satu bioskop 21.
Antrian cukup panjang membuat kami menduga-duga apa yang akan ditonton.
Di belakang counter ikut terpampang "Hari ini" : Cinema 1: Rumah Tanpa Jendela, cinema 2: Pocong Negesot, cinema 3: Arwah Goyang Kerawang, cinema 4: Jenglot.
Wah, 1 banding 3 nih.
1 inspiring movie 3 horor (apa juga kotor saya gak tahu karena belum nonton).
Apa "Rumah Tanpa Jendela " menang?

Kalau dalam politik biasanya kalau ada 1 kandidat yang berbeda (aliran politik A) melawan 3 kandidat yang mirip (Aliran B), biasanya yang sendiri menjadi lebih mungkin untuk menang. Kenapa karena pendukung ideologi yang mirip (B) akan terpecah ke tiga kandidat ke B1,B2 atau B3.

Bagaimana dengan RTJ?
Ketika kita tanya ke counter ternyata, penontonnya lumayan.
Tapi masih kalah sama yang ini, sambil menunjuk film-film horor yang ada.
Walah.

Di depan kami ada ibu dan anak yang 'ribut 'mau nonton apa.
Si ibu ngajak anaknya yang masih SD nonton "Rumah Tanpa Jendela", tapi si anak maksa nonton film horor.
Akhirnya ibu ngalah dan mereka nonton film horor. Waduh.

Lalu ada juga di depan seorang wanita berjilbab bersama pria.
Mereka ngantri tak jauh dari kami.
Ketika di tanya mau nonton apa, si wanita berjilbab pilih salah satu film horor. Gubrak.

Ternyata sekalipun tiga layar horor satu "Rumah Tanpa Jendela", sekalipun penggemar film horor dan klenik sudah terpecah tiga layar, jumlah penontonnya masih bisa mengimbangai bahkan mengalahkan "Rumah Tanpa Jendela."

Ini sebabnya produser film akan tetap menyediakan film-film horor.
"DEMAND-NYA TINGGI" permintaannya banyak, peminatnya banyak.
Betulkah?

Sebenarnya tidak juga.
Film horor tidak ada yang menyentuh penonton lebih dari 1 juta (Hanya ada sedikit saja, sejauh ini hanya 1 film horor menyentuh angka 1 juta).
Sedangkan film baik, Laskar Pelangi, Ayat-ayat Cinta, bisa menyentuh angka 3-4 jutaan.
Artinya orang yang merindukan film inspiring lebih banyak dari film horor.
Lalu kenapa banyak film baik banyak berguguran?
Karena orang baiknya "SILENT MAJORITY" dukung tapi diam, nonton kalau sempat bukan menyempatkan.

Lalu bagaimana dengan DEMAND horor yang tetap ada?
Dalam agama, agama apapun, kita dianjurkan untuk mendukung kebaikan, dan melawan keburukan.
Jadi bukan mendukung yang demand-nya tinggi.
Jika keburukan demand-nya tinggi yang bukan disupply tapi ditekan.
Jika kebaikan demand-nya rendah, bukan dibiarkan tapi harus dipromosikan kebaikannya.

Tugas kita dalam kapasitas sebagai individu masyarakat adalah mendukung film baik, buku dan karya baik lainnya. Untuk film kita bisa mulai dengan menonton, mengajak keluarga nonton, merekomendasikan, mempromosikan, dsb.

Sedangkan pemerintah seharusnya berfungsi untuk memastikan film yang beredar baik untuk masyarakat.
Apakah itu tidak demokratis?
Pemerintah kita dipilih secara demokratis, jadi kalau pemerintah memutuskan melarang itu "DEMOKRATIS" atau mewakili rakyat. jadi gak usah takut.
Kalau perlu DPR buat semacam undang-undang anti klenik, karena ini cukup mengganggu intelektual bangsa.

Sebenarnya sudah ada Badan Sensor yang bertugas menjaga.
Jika Badan Sensor tidak punya visi, atau kalau punya visi tidak punya keberanian, coba saja kementrian pendidikan, menteri informasi atau kementrian agama perkarakan film yang beredar. Kalau saja mereka sadar ini bisa merusak generasi, kenapa tidak?
Biar hakim yang memutuskan.
Kalau dari pemerintah tidak jalan, ya LSM.
Tapi ingat jangan sampai mempekarakan malah jadi mempromosikan.
Kalau tidak ada juga, ya seperti saya, menulislah, setidaknya itu menggerakkan.

Tonton filmnya, tulis status di, FB. komen di twitter, buat rekomendasi, buat resensi, what ever yang bisa membuat perfilman Indonesia menjadi lebih baik.

Mohon komentaranya di http://www.isaalamsyah.com/2011/02/supply-and-demand-dalam-kebaikan.html
Dalam interview setelah menyaksikan fim ini, presiden PKS Lutfi Hasan berkomentar:
"Fakta-fakta kehidupan di lapangan banyak yang tidak diangkat ke permukaan padahal faktanya ada. Dan jumlahnya jutaan. Kalau film2 horor itu kan sifatnya imajinatif kan, sebaiknya mengangkat yang riil dan faktual. Bukan abad kita, bukan era kita untuk bicara yang imajiner. Kalau fiktif ya fiktif ilmiahnya (bukan hantu-hantuan-red).

Ini termasuk yang ustadz (Lutfi) rekomen tidak?
Oh ya ya. Saya berharap kader-kader PKS untuk nonton film ini dan saya berharap menteri sosial ...beserta seluruh jajarannya, dinas dinas sosial insya Allah bisa nonton. Kalau PKS sih udah fix lah. Kita akan dorong semuanya."

Komentar Hidayat Nur Wahid tentang Rumah Tanpa Jendela
"Di tengah kekhawatiran akan hadirnya produksi film (horor & kotor red), ternyata masih hadir film yang memberikan pencerahan, film yang mendorong masyarakat dan manusia sadar bahwa ternyata kebaikan masih bisa hadir di tengah kita. Saya kita itu yang bisa ambil dari kehadiran film (Rumah Tanpa Jendela) ini. Selamat dan semoga memberikan inspirasi bagi rekan rekan yang ingin membuat film agar bisa menghasilkan film yang lebih bagus lagi, film yang menghadirkan kepedulian bagi kemanusiaan. Dan ini adalah penyelematan bagi kemanusiaan dan dunia film yang mungkin (saat ini kebanyakan) bisa hancur karena nilai-nilai rendah yang mereka jual. Sekali lagi selamat.

Yoyoh Yusroh (Anggota DPR Fraksi PKS)
"Film ini bukan sekedar layak ditonton, tapi harus atau wajib nampaknya, untuk mengasah kepedulian sosial. Sekalipun film satu cerita tapi pesannya begitu banyak. Ada pesan-pesan moral dan pesan-pesan yang saat ini banyak dilupakan. Dalam film ini jelas terlihat anak-anak perlu kepekaan hati, bukan hanya anak-anak tapi juga orang tua, harus ditonton semua umur.

Agenda film bermutu juga didukung banyak pihak.
Di Bandung pada hari yang sama Wagub Dede Yusuf juga menonton film Rumah Tanpa Jendela, dan akan mengusahakan dinas pendidikan untuk merekomendasikan film ini untuk anak-anak Indonesia.

Di Palembang walikota juga sudah menyediakan waktu khusus agar anak-anak di sana bisa menonton tontonan bermutu. Di Padang (Sumatera Barat) Gubernur juga menyediakan waktu dan program khusus agar anak-anak di sana bisa menonton tontonan bermutu.

Salah satu alasan kenapa film ini banyak didukung berbagai pihak yang peduli adalah karena komitmen dari produser dan sutradara (Intan, Aditya Gumay, Adenin Adlan) yang siap memberikan 100% profit tiket film ini untuk dana sosial, melalui dompet Dhuafa, dll.
Karena komitmen ini pula Asma Nadia gencar promosi sekalipun ia tidak mendapat sepeserpun dari project ini.

Alhamdulillah, jika kita bisa saling mendukung segala hal yang baik dan positif di negeri ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar